Aktivitas membangkitkan nilai keimanan seperti disebut di atas, paling tidak ia merupakan langkah yang tepat dalam menggapai posisi iman sejati. Lebih-lebih jalan menuju iman seperti itu benar-benar telah dipenuhi dan diaplikasikan dalam hidup keseharian.Rasulullah Saw. menyebutkan, “Iman itu naik dan turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan Laailahaillallah.”
Membangkitkan Nilai Keimanan
Oleh: Arda Dinata
IMAN yang bersemayam dalam diri manusia merupakan salah satu nikmat Allah yang paling berharga bagi hidup manusia, setelahnya nikmat hidup. Dan kebanyakan orang sering mengatakan iman itu sebagai nikmat Allah tertinggi nilainya.
Ketinggian
dari nilai iman ini, tentu banyak tantangan untuk mempertahankannya dalam
kehidupan manusia. Lebih-lebih saat ini, berbagai serbuan media dan informasi
banyak yang dapat melemahkan kekuatan iman seseorang. Artinya derajat dan
tingkatan iman setiap orang berbeda-beda. Jelasnya, fluktuasi iman seseorang
itu akan terjadi setiap saat.
Di
sini, kita harusnya sadar betul, kalau keimanan itu bisa bertambah dan
berkurang, turun naik. Rasulullah Saw. menyebutkan, “Iman itu naik dan turun,
maka perbaharuilah iman kalian dengan Laailahaillallah.” Informasi ini
patut kita catat betul dalam rangka menjaga kondisi keimanan kita. Hal ini didasarkan karena jalan menuju
iman tidak lain adalah:
- Kita harus memahami betul akan pandangan hidup Tauhid.
- Realitaskan sikap hidup kita secara proposional. Yakni sikap kita terhadap Allah -sebagai hamba-Nya (QS. 51: 56); terhadap manusia- bermu’amalah (QS. 3: 112, 49: 13); dan terhadap alam -sebagai khalifah (QS. 2: 30, 4: 36, 3: 112).
- Iman itu dasar segala amal (QS. 16: 97, 18: 103-105, 24: 39). Jadi, pokok untuk memperbaharui iman itu ialah dengan Laailahaillallah.
Makna
Laailahaillallah, diartikan sebagai tidak ada pencipta kecuali Allah
(QS. 2: 21), tidak ada pemberi rezki kecuali Allah (QS. 2: 22), tidak ada
pemilik kecuali Allah (QS. 3: 26-27), tidak ada yang berhak membuat hukum
kecuali Allah (QS. 5: 44-50, 7: 54), tidak ada yang boleh diibadati kecuali
Allah (QS. 51: 56), dan tidak ada tujuan kecuali Allah (QS. 94: 8).
Untuk
mencapai kondisi iman yang relatif stabil itu, memang bukan sesuatu yang mudah.
Walau demikian, bagi Allah tentu tidak ada yang tidak mungkin, kalau cinta-Nya
telah bersemayam pada diri kita. Setidaknya ada empat usaha yang dapat
membangkitkan nilai keimanan seseorang menjadi terarah.
- Melakukan tadabbur quran. Allah dalam Alqur’an menyebutkan apakah mereka merenungkan Quran? (QS. 4: 82). Lalu, Allah juga berfirman (yang artinya) : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-qur’an ataukah hati mereka terkunci.” (QS. 47: 24). Dari perilaku tadabbur quran ini, maka pikiran kita akan selalu merenungkan, mengkaji dan mengaplikasikan isinya, sehingga iman kita terhadap-Nya akan selalu terkontrol pada ketentuan-Nya.
- Melakukan tafakur alam. Allah berfirman dalam surat Ali Imran: 190-191, yang artinya: “Sesungguhnya tentang kejadian langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang menjadi tanda (atas kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah ketika berdiri, duduk dan waktu berbaring; dan mereka memikirkan kejadian langit dan bumi, (sambil berkata): Ya Tuhan kami, bukanlah Engkau jadikan ini dengan percuma (sia-sia), Mahasuci Engkau, maka peliharakanlah kami dari siksa neraka.”
Kalau kita perhatikan, ternyata ayat
tersebut diakhiri dengan doa untuk kemenagan iman, mengalahkan kekafiran, dan
diakhiri pula dengan ramalan tentang kemenangan akhir. Di sini dinyatakan pula
bahwa kaum mukmin bukanlah orang pertapa yang menyingkir ke tempat sunyi untuk
berdzikir kepada Allah, dan bukan pula orang yang hanya berusaha menaklukan
alam, tanpa berpikir tentang Tuhan dan Penciptaan alam semesta. Sebaliknya,
kaum mukmin dilukiskan sebagai orang yang mengingat-ingat Allah di
tengah-tengah kesibukan mereka dalam urusan duniawi ---sambil berdiri, duduk
dan berbaring---.
Dengan demikian, mereka menyadari
sepenuhnya akan adanya Tuhan dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun.
Sebaliknya, mereka berusaha menaklukkan alam dengan sepenuh kesadaran bahwa tak
ada barang yang diciptakan itu terdapat tujuan-tujuan tertentu. Itulah tujuan
utama yang digariskan oleh Islam bagi para pengikutnya, yaitu menaklukan diri
sendiri dengan jalan berdzikir kepada Allah, dan menaklukan alam dengan jalan
menuntut ilmu pengetahuan (Muhammad Ali: 1995). Melalui usaha ini,
jelas-jelas akan meningkatkan keimanan bagi mereka yang melakukannya.
- Melakukan amal shalih. Ada tidaknya atau tinggi rendahnya iman seseorang akan dapat dilihat dari perilakunya. Artinya perilaku seseorang akan menunjukkan tingkat imannya. Dalam hal ini, perilaku yang dapat membangkitkan nilai keimanan adalah berupa memperbanyak amal shalih. Secara demikian, orang yang mengerjakan amal shalih adalah orang beriman yang mengaktualisasikan keimananya berupa amal perbuatan yang jelas-jelas dilandasi iman.
Iman dan amal perbuatan itu, tidak bisa
dipisahkan. Sebab, iman menuntut adanya amal dan amal merupakan konsekuensi
mutlak dari sebuah keimanan. Sebaliknya amal menuntut adanya iman, karena amal
perbuat tanpa dilandasi keimanan kepada Allah adalah sia-sia belaka (tidak
berguna). Oleh karena itu, besar kecilnya kadar keimanan seseorang akan banyak
ditentukan oleh jenis, kualitas dan kontinuitas amal yang dilakukannya.
- Melakukan proteksi terhadap perbuatan dosa. Untuk menjadikan hati bening berisi keimanan, maka lakukanlah perbuatan-perbuatan yang terhindar dari perilaku maksiat atau mendatangkan dosa. Hal ini didasarkan bahwa perbuatan dosa itu bisa menyebabkan hati kita menjadi kotor. Kondisi hati yang kotor, tentu dapat menyebabkan tertutupnya iman dan bahkan akan menenggelamkan keimanan seseorang.
Aktivitas membangkitkan nilai
keimanan seperti disebut di atas, paling tidak ia merupakan langkah yang tepat
dalam menggapai posisi iman sejati. Lebih-lebih
jalan menuju iman seperti itu benar-benar telah dipenuhi dan diaplikasikan
dalam hidup keseharian.
Akhirnya,
kita hanya memohon kepada Allah SWT, semoga kita diberi ilmu dan kemampuan
usaha berbuat Tajdidul Iman (memperbaharui keimanan) pada setiap
saat. Sehingga diharapkan aktivitas ini akan meningkatkan iman kita menuju
terwujudnya iman sejati yang sesuai dengan harapan-Nya. Amin. Wallahu
a’lam.***
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com