Budaya Cinta Lingkungan
Oleh: ARDA DINATA
Terjadinya fenomena alam akhir-akhir ini, yang berakibat buruk terhadap manusia, sudah seharusnya membuat kita sadar untuk selalu memperlakukan alam lingkungan di sekitar kita secara bijak daan bersahabat. Saling menguntungkan antara lingkungan dan manusia. Dan bukan sebaliknya, kita justru merusak tatanan lingkungan hidup tersebut.
Lingkungan hidup itu sudah barang tentu merupakan kawan dan harus menjadi kawan. Antara kita dan alam lingkungan, satu sama lain harus saling memelihara, saling membutuhkan dan saling memberi. Sebab, antara kita dan alam lingkungan adalah satu dalam suatu kehidupan.
Apabila dalam masyarakat ada suatu gerakan untuk berupaya melestarikan hubungan harmonis antara manusia dan alam lingkungannya, maka gerakan itu harus kita sambut dan dukung. Karena gerakan tersebut adalah gerakan yang berusaha menempatkan manusia sebagai makhluk yang mulia, yang dengan akal dan pikirannya mengutamakan kepentingan bersama.
Pelestarian lingkungan merupakan kewajiban setiap manusia sebagai perwujudan manusia itu sendiri yang nyata dalam mengaplikasikan dirinya terhadap Sang Maha Pencipta, Allah Azza wa Jalla.. Lebih jauh, pemanfaatan sumber daya alam hendaknya selaras, seimbang, dan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bertanggung jawab atas berlangsungnya hidup manusia serta makhluk hidup lainnya di alam ini. Itulah kesadaran kita terhadap lingkungan. Sadar terhadap lingkungan, berarti membangun dan melestarikan sumber daya alam menuju tegaknya budaya cinta lingkungan.
Di sini, perlu dicatat bahwa tanaman berhak untuk hidup dan tumbuh, tanah berhak untuk ‘bernapas’, ayam dan ternak (baca: hewan) berhak untuk berkembangbiak agar memperoleh kemuliaan dikala disembelih dan dimakan manusia. Mungkin Anda ingat, akan riwayat yang bercerita tentang Nabi Ibrahim as. Dia memimpin hak-hak binatang, batu dan kerikil, padi dan hutan? Oleh karenanya, kita pun harus menyempurnakan hak-hak memelihara tanah dan alam lingkungan ini. Karena, bukankah seorang khalifah itu harus memimpin tanah dan airnya?
Tanah dan air itu, akan menumbuhkan pepohonan yang rindang sebagai paru-paru dunia dan manusia hidup di dalamnya. Kita membayangkan pohon-pohon cemara menjulang tinggi melambai-lambai membagi cinta dan kasih sayang dengan manusia. Tidak ada suatu keindahan yang paling indah, selain keindahan di saat kita berkencan dengan keindahan alam. Itulah salah satu perwujudan dialog kita kepada Allah SWT. Wallahu’alam.
Bagaimana menurut pendapat Anda? Saya tunggu komentarnya ya!***
Oleh: ARDA DINATA
SEMUA organisme memperoleh bahan-bahan dan energi untuk hidupnya dari alam lingkungannya. Begitu pula halnya dengan manusia. Ia mempergunakan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Terjadinya fenomena alam akhir-akhir ini, yang berakibat buruk terhadap manusia, sudah seharusnya membuat kita sadar untuk selalu memperlakukan alam lingkungan di sekitar kita secara bijak daan bersahabat. Saling menguntungkan antara lingkungan dan manusia. Dan bukan sebaliknya, kita justru merusak tatanan lingkungan hidup tersebut.
Lingkungan hidup itu sudah barang tentu merupakan kawan dan harus menjadi kawan. Antara kita dan alam lingkungan, satu sama lain harus saling memelihara, saling membutuhkan dan saling memberi. Sebab, antara kita dan alam lingkungan adalah satu dalam suatu kehidupan.
Apabila dalam masyarakat ada suatu gerakan untuk berupaya melestarikan hubungan harmonis antara manusia dan alam lingkungannya, maka gerakan itu harus kita sambut dan dukung. Karena gerakan tersebut adalah gerakan yang berusaha menempatkan manusia sebagai makhluk yang mulia, yang dengan akal dan pikirannya mengutamakan kepentingan bersama.
Pelestarian lingkungan merupakan kewajiban setiap manusia sebagai perwujudan manusia itu sendiri yang nyata dalam mengaplikasikan dirinya terhadap Sang Maha Pencipta, Allah Azza wa Jalla.. Lebih jauh, pemanfaatan sumber daya alam hendaknya selaras, seimbang, dan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bertanggung jawab atas berlangsungnya hidup manusia serta makhluk hidup lainnya di alam ini. Itulah kesadaran kita terhadap lingkungan. Sadar terhadap lingkungan, berarti membangun dan melestarikan sumber daya alam menuju tegaknya budaya cinta lingkungan.
Di sini, perlu dicatat bahwa tanaman berhak untuk hidup dan tumbuh, tanah berhak untuk ‘bernapas’, ayam dan ternak (baca: hewan) berhak untuk berkembangbiak agar memperoleh kemuliaan dikala disembelih dan dimakan manusia. Mungkin Anda ingat, akan riwayat yang bercerita tentang Nabi Ibrahim as. Dia memimpin hak-hak binatang, batu dan kerikil, padi dan hutan? Oleh karenanya, kita pun harus menyempurnakan hak-hak memelihara tanah dan alam lingkungan ini. Karena, bukankah seorang khalifah itu harus memimpin tanah dan airnya?
Tanah dan air itu, akan menumbuhkan pepohonan yang rindang sebagai paru-paru dunia dan manusia hidup di dalamnya. Kita membayangkan pohon-pohon cemara menjulang tinggi melambai-lambai membagi cinta dan kasih sayang dengan manusia. Tidak ada suatu keindahan yang paling indah, selain keindahan di saat kita berkencan dengan keindahan alam. Itulah salah satu perwujudan dialog kita kepada Allah SWT. Wallahu’alam.
Bagaimana menurut pendapat Anda? Saya tunggu komentarnya ya!***