Hanya orang-orang yang mampu menggunakan pikirnya secara benarlah, yang layak mendapat predikat orang-orang cerdas. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya menyebutkan: “Orang yang cerdas itu adalah orang yang beramal untuk setelah mati.”
Langkah-langkah Berpikir
Oleh: Arda Dinata
Betapa pentingnya potensi berpikir ini dalam hidup manusia. Sehingga amatlah rugi bagi manusia yang tidak memfungsikan potensi pikirnya ini secara baik. Dengan diberinya kemampuan berpikir pada manusia, maka kita seharusnya mampu membuat pertimbangan-pertimbangan dan melakukan penelitian-penelitian terhadap berbagai hal dan peristiwa, kemudian menyimpulkan yang umum dari yang khusus serta menemukan hasil-hasil berdasarkan premis-premis.
Oleh sebab itu, potensi kemampuan berpikir inilah yang menjadikan manusia pantas diberi kewajiban untuk melaksanakan berbagai ibadah, mempertanggungjawabkan pilihan dan kehendaknya. Premis inilah barangkali yang menyebabkan manusia layak menjadi khalifah Allah di muka bumi. Pertanyaannya adalah sudah benarkah proses berpikir kita dan bagaimana langkah-langkah berpikir dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi oleh manusia?
Pada dasarnya, proses-proses yang dilalui ketika kita melakukan aktivitas berpikir adalah: Pertama, Pembentukan pengertian. Artinya dari satu masalah, pikiran kita membuang ciri-ciri tambahan, sehingga tinggal ciri-ciri yang tipis (baca: yang tidak boleh tidak ada) pada masalah itu. Dalam hal ini, berdasarkan pembentukannya terdapat tiga macam pengertian yaitu: (1) Pengertian pengalaman, ialah pengertian yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang berturut-turut; (2) Pengertian kepercayaan, ialah pengertian yang terbentuknya berdasarkan kepercayaan, bukan karena apa-apa dan tidak pernah dialami; (3) Pengertian logis, ialah pengertian yang terbentuk dari satu tingkat ke tingkat yang lainnya (baca: menganalisa, membandingkan, dan memujaratkan).
Kedua, Pembentukan pendapat. Artinya pikiran kita menggabungkan atau menceraikan beberapa pengertian, yang menjadi tanda khas dari masalah itu. Jadi, pendapat dibentuk berdasarkan dari pengertian-pengertian. Dalam hal ini, ada dua macam pendapat, yaitu: (1) Pendapat yang positif, ialah pendapat yang menggabungkan. (2) Pendapat yang negatif, ialah pendapat yang menceraikan.
Ketiga, Pembentukan keputusan. Artinya pikiran kita menggabungkan pendapat-pendapat tersebut. Berdasarkan prosesnya, maka keputusan ini dibedakan menjadi keputusan dari pengalaman-pengalaman, keputusan dari tanggapan-tanggapan, dan keputusan dari pengertian-pengertian.
Keempat, Pembentukan kesimpulan. Artinya pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan lain. Berdasarkan proses terjadinya suatu kesimpulan, maka kita bedakan menjadi tiga macam kesimpulan. (1) Kesimpulan induksi, ialah kesimpulan yang ditarik dari keputusan-keputusan khusus untuk mendapatkan yang umum. (2) Kesimpulan deduksi, ialah kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang umum untuk mendapatkan keputusan khusus. (3) Kesimpulan analogi, ialah kesimpulan yang sama. Artinya kesimpulan yang ditarik dengan jalan membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain, yang telah kita kenal sebelumnya. Tetapi, karena pada umumnya pengenalan kita kepada situasi pembanding ini kurang teliti, maka kesimpulan analogi ini biasanya juga kurang benar.
Dalam bahasa yang lain, pada saat seseorang berpikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya, biasanya ia mengikuti langkah-langkah tertentu yang telah dikaji dan dianalisis oleh para psikolog. Langkah-langkah ini, menurut Muh. Usman Najati (1984) diantaranya berupa: Pertama, Menyadari adanya masalah. Seseorang akan mulai berpikir bila menghadapi permasalahan yang ada kaitan dengan kepentingan dirinya, dan ia merasakan adanya dorongan kuat untuk memecahkannya, guna mencapai yang diinginkannya. Menyadari adanya masalah merupakan langkah pertama dalam proses berpikir.
Kedua, Menghimpun data. Ketika seseorang merasakan adanya suatu persoalan, biasanya ia meneliti topik masalah yang dihadapinya itu dari berbagai aspek, agar dapat memahaminya dengan baik. Kemudian ia mengumpulkan berbagai data dan informasi untuk mengetahui sesuai tidaknya dengan persoalan yang dihadapi, untuk kemudian mengambil yang ada hubungannya.
Ketiga, Menyusun hipotesis. Pada saat menghimpun data dan informasi yang berkaitan dengan masalah, terlintas dalam otak beberapa kemungkinan solusi atau hipotesis. Yakni pemecahan persoalan yang direncankan.
Keempat,Menilai hipotesis. Ketika seseorang pemikir sedang menyusun hipotesis untuk memecahkan masalah, biasanya ia mengkaji dan mendiskusikan hipotesis itu berdasarkan data dan informasi yang ada padanya. Tujuannya untuk meyakinkan kesesuaian dan kelayakannya guna memecahkan masalah tersebut. Penilaian hipotesis ini bisa dilakukan berulang kali, manakala kita belum sampai pada hipotesis yang dapat diterima dan sesuai dengan informasi dan fakta yang ada, serta layak untuk memecahkan persoalan tersebut.
Kelima, Membuktikan kebenaran hipotesis. Setelah menjauh terhadap hipotesis-hipotesis yang tidak sesuai dan kita telah memperoleh hipotesis yang sesuai dan layak untuk memecahkan persoalan, maka seorang pemikir biasanya akan mengumpulkan data-data yang lain, dan melakukan pengamatan baru atau mengadakan beberapa percobaan untuk menyakinkan kebenaran hipotesisnya.
Akhirnya, melalui alur-alur pola pikir/rasio yang seperti itulah, tentunya akan menghasilkan sebuah keputusan berpikir tidak hanya mengejar kepentingan di dunia semata, tapi lebih jauh dari itu untuk kepentingan di kemudian hari (baca: akhirat).
Hanya orang-orang yang mampu menggunakan pikirnya secara benarlah, yang layak mendapat predikat orang-orang cerdas. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya menyebutkan: “Orang yang cerdas itu adalah orang yang beramal untuk setelah mati.” Kita berdoa, semoga Allah SWT membimbing kita untuk dapat menggunakan pikir dan hati ini sebagai bekal setelah mati nanti. Waallahu’alam. (Bdg, 14/8/02).
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com