- / / : 081284826829

Mereformasi Hati Nurani Menuju Ilahi

Oleh: ARDA DINATA

Menurut As-Sayyid bin Abdul Maqshud, mereformasi dan menjaga kesucian hati merupakan keharusan bagi setiap muslim. Sebab, hati adalah poros kehidupan (perilaku) seseorang. Bila hati bersemayam di atas kebenaran, maka selamatlah seluruh anggota badan dengan tetap berada di jalan kebenaran dan kebaikan. Bila hati telah taat kepada Allah, maka seluruh raga manusia akan taat kepada-Nya.

Mengingat pentingnya reformasi hati ini, maka Ibnul Qayyim Al-Jauziah berkata, “Waspadalah kamu bila saja Allah melihatmu sedang melakukan hal-hal yang dilarang-Nya, dan waspadalah bila saja Allah melihatmu sedang meninggalkan hal-hal yang diperintahkan-Nya.”

Agar aktivitas hati nurani manusia selamat dalam perjalanan menuju Ilahi, maka hati kita harus selalu dihidupkan dan menghindari dari jeratan hawa nafsu. Berikut ini beberapa perilaku yang membangunnya.

Mengikuti Sunah Nabi Saw

Merenungkan, mengikuti dan meneladani perilaku Nabi Saw (cara beribadah, akidah berinteraksi dengan sesama, dll), tentu akan menghidupkan hati yang mati. Sehingga dengan mengkaji kembali akhlak beliau, kita akan termotivasi untuk mengikutinya.

Salah satu perilaku yang dianjurkan adalah mendengar dan menyimak ayat-ayat Alquran merupakan salah satu jalan untuk menghidupkan hati nurani.

Memaknai Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh merupakan bahasa peringatan dari Allah melalui perubahan yang terjadi pada manusia. Misalnya adanya uban adalah preposisi kematian. Bila uban telah bertebaran, itu pertanda ajal sudah menunggu di ambang pintu. Karenanya, segera hati nurani kita untuk bertobat dan kembali ke pangkuan-Nya.

Bahasa tubuh lainnya berupa curahan nikmat dalam hidup. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ Fatwa, diantara hal yang dapat menggerakkan dan menghidupkan hati adalah memikirkan karunia dan nikmat Allah Swt.

Oleh karena itu, bagi seorang mukmin sejati tiada pintu kebaikan yang terbuka dan kesempatan yang ada, melainkan dimanfaatkannya secara maksimal untuk menabung kebaikaan bagi akhir kehidupannya kelak. Ia tidak pernah puas dan cukup dengan bekal ketaatan yang pernah diamalkannya.

Banyak Berdzikir dan Berdoa

Berdzikir kepada Allah merupakan suatu usaha taqarrub dan bentuk amalan yang sangat dicintai oleh Allah Swt. Allah telah memerintahkan hamba-Nya agar senantiasa berdzikrullah sebagai upaya untuk menghidupkan sanubarinya (baca: QS. Al-Baqarah [2]: 152).

Sementara itu, keberadaan doa sesungguhnya dapat menyadarkan hati seorang hamba kepada Allah Swt. Dengan doa, orang yakin bahwa hanya Allah-lah yang kuasa memberi manfaat, menolak bahaya, serta menghidupkan dan mematikan hamba-Nya.

Berkunjung pada Ulama dan Orang Saleh

Menjalin persaudaraan dan menggunjungi para Ulama dan orang-orang saleh membawa dampak psikologis yang besar bagi perbaikan hati dan menghidupkan moralitas seseorang. Ulama di sini adalah Ulama yang ikhlas dalam kata dan perbuatan, mengamalkan pengetahuan yang dimiliki dan zuhud serta wara’ dalam kesehariannya.

Salah satu bentuk kunjugan tersebut ialah aktif mendengarkan fatwa dan ceramah agama. Aktivitas berkunjung semacam ini, ibarat cemeti yang dapat mencambuk hati yang lalai dan bisa menjadi bekal ke alam baqa.

Menyaksikan Proses Pemakaman Jenazah

Setiap mendengar berita duka tentang kematian, seketika itu kita terhenyak dan mulai introspeksi diri. Sudah cukupkah bekal kita jika suatu saat dipanggil-Nya. Apalagi, bila kita ikut memandikan jenazah, keinginan untuk membenahi diri dan memperbanyak amal saleh kian besar.

Mendengar dan melihat langsung proses pemakaman jenazah merupakan hal-hal yang dapat menggugah dan menyadarkan hati nurani. Pikirannya melayang, jasad itu kini berselimutkan kain kafan, beralaskan tanah dan menyesakkan. Ia hanya berteman amal salehnya.

Mengingat Dosa, Surga dan Neraka

Mengingat perbuatan dosa, kita diharapkan mampu menggerakkan hati nurani untuk menjauhinya. Ibnul Qayyim menyatakan, ketahuilah, sesungguhnya sanksi dan siksa terhadap dosa-dosa itu bermacam-macam. Ada siksa di alam barzakh, di hari Mahsyar, dll. Jadi, tiada dosa yang luput dari siksa.

Adapun banyak mengingat surga membuat diri selalu memacu untuk taat kepada Allah agar dapat meraihnya kelak. Sedangkan mengingat neraka dapat menimbulkan rasa takut dan khawatir dalam diri kita sehingga berupaya mengumpulkan bekal yang banyak dan berhenti melakukan kezaliman.

Sering Meraba Derita Orang

Derita orang sakit dapat berkurang bila kita yang sehat menjenguknya. Perilaku ini selain bernilai pahala di sisi Allah, juga dapat menggerakkan hati untuk mensyukuri karunia-Nya dengan taat terhadap segala perintah Allah Swt.

Sementara itu, perilaku mengasihi orang-orang miskin dan menyantuni anak yatim piatu dengan mencukupi kebutuhannya, adalah salah satu pintu kebaikan dan dapat menggerakkan hati ke jalan Allah Swt.

Itulah beberapa pelita reformasi hati yang dapat diterapkan untuk menghidupkan dan membangunkan kembali hati nurani yang telah mati agar menyalanya kembali hati nurani menuju Ilahi. Wallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,
http://www.miqra.blogspot.com.
WWW.ARDADINATA.COM