- / / : 081284826829

7 Akhlak Pribadi Unggul

Oleh Arda Dinata


PRIBADI unggul adalah buah dari keimanan yang kental. Ia merupakan kekayaan yang tinggi nilainya dalam kehidupan manusia. Untuk itu, sejak awal kita harus berusaha memburu keilmuan itu sebagai bekal dalam membangun kehidupan.

Berikut ini, ada beberapa nilai akhlak Islam yang menjadi tonggak amalan –sehingga patut dikedepankan—, yaitu:
1.    Ikhlas. Ikhlas itu inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim. Keikhlasan seseorang akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akherat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan. Nabi Saw bersabda, “Bahagialah dengan limpahan kebaikan bagi orang-orang yang bila dihadiri (berada dalam kumpulan) tidak dikenal, tetapi apabila tidak hadir tidak pula kehilangan. Mereka itulah pelita hidayah. Tersisih daripada mereka segala fitnah dan angkara orang yang zalim.” (HR. Imam al-Baihaqi).
2.    Amanah. Sifat mulia ini mesti diamalkan setiap orang. Amanah adalah asas ketahanan ummat, kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada keadilan. Singkatnya, amanah berarti sesuatu yang dipercayakan sehingga kita harus menjaga amanah tersebut. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Alquran, yang artinya: “….maka tunaikanlah oleh orang yang diamanahkan itu akan amanahnya dan bertakwalah kepada Allah Tuhannya;….” (QS. Al Baqarah: 283).
3.    Adil. Bersifat adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, “Tiga perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.” (HR. Abu Syeikh).
4.    Bersyukur. Pada tataran menjadi pribadi unggul ini, bersyukur berlaku pada dua keadaan. (1) Sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah sama, baik sedikit atau banyak. (2) Bersyukur sesama makhluk sebagai ketetapan daripada Allah, supaya kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah berfirman, “…. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan sekiranya kamu mengingkari –kufur— (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
5.    Tekun. Ketekunan ini tidak lain adalah usaha dengan rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh. Islam sendiri, jauh-jauh hari telah menggalakan umatnya untuk tekun apabila melakukan sesuatu pekerjaan. Sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan berjaya. Nabi Saw dalam sabdanya menyebutkan, “Sesungguhnya Allah SWT menyukai apabila seseorang bekerja, dia melakukan dengan tekun.” (HR. Abu Daud). Perilaku ketekunan seseorang ini, maka akan meningkatkan produktivitasnya, melahirkan suasana kerja yang aman, dan memberi kesan yang baik kepada masyarakat sekitarnya.
6.    Disiplin. Perilaku ketaatan pada aturan dan tata tertib. Untuk itu, berdisiplin dalam menjalankan suatu kerja akan dapat menghasilkan mutu kerja yang cemerlang. Sehingga perilaku disiplin ini, akan mengantarkan hasrat negara untuk menjadi maju dan unggul dapat dicapai lebih cepat lagi, bila dibandingkan dengan perilaku tidak disiplin. Lebih dari itu, dengan berdisiplin diri, seseorang itu akan dapat menguatkan pegangannya terhadap ajaran agama dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang serta prestatif –unggul--.
7.    Sabar. Yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak lekas patah hati; tidak lepas putus asa; dsb) –tenang--. Di dalam menghadapi cobaan hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu/pribadi unggul. Hal ini seperti dikehendaki Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 200, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara kebajikan) dan kuatkanlah kesabaranmu (lebih dari kesabaran musuh di medan perjuangan) dan tetaplah bersiap siaga (dengan kekuatan pertahanan di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (berjaya).”
Akhirnya, dengan dimilikinya sifat-sifat pribadi unggul tersebut, maka seseorang akan sangat beruntung karena ia mampu mengemudi hidupnya dengan “kesempurnaan”. 
Penulis, motivator dan pendiri Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

WWW.ARDADINATA.COM