"Kita hendaknya tidak melihat ikhlas semata-mata dari aspek perilaku. Sebab, ikhlas itu memiliki pemaknaan yang sangat dalam karena menyangkut motivasi dasar dan hal tersebut hanya terdapat dalam lubuk kejiwaan seseorang.” @ardadinata
Menikahlah
Dalam Keikhlasan
Oleh: Arda Dinata
Akhirnya, menikahlah dalam keikhlasan. Sebab,
keikhlasan akan melahirkan amal yang baik. Dalam Alquran surat Hud: 7, Allah berfirman:
“Dia menguji siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya (ahsanu ’amala).” Terkait dengan ungkapan
ahsanu ’amala, Fudha’il bin Abbas
menafsirkannya sebagai amal yang paling ikhlas. Ketika ditanya tentang amal
yang paling ikhlas dan benar, ia menjawab, “Sesungguhnya jika amal dilakukan
dengan ikhlas tetapi tidak benar maka amal tersebut tidak diterima; jika amal
dilakukan dengan benar tetapi tidak ikhlas, ini pun tidak diterima. Amal yang
diterima ialah yang ikhlas dan benar. Ikhlas adalah amal yang semata-mata
ditujukan kepada Allah. Sedangkan amal yang benar adalah jika sesuai dengan
kehendak-Nya.” Jadi, sudahkan rumah tangga kita ada dalam balutan amalan yang
ikhlas?
Bagaimana menurut Anda?
AGAR
perkawinan berbuah pahala, maka
syaratnya selain perkawinan itu harus baik juga harus dilakukan secara ikhlas.
Rasulullah mengatakan, “Perkawinan adalah ibadah. Bila dilakukan dengan baik,
ikhlas dan setia akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.” (H.R. Bukhari). Untuk
itu, awali pernikahan ini dengan niat yang suci. Kondisi yang suci membuat
pikiran akan terpatri dalam kebaikan. Dan untuk mencapai pernikahan yang baik
pun tentu diperlukan sebuah motivasi yang suci. Sebab, faktor inilah yang akan
membawa kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga.
Dengan motivasi niat yang suci ini,
keberadaan sebuah pernikahan akan menciptakan suasana keikhlasan yang prima.
Dampaknya membuat kedua pasangan akan saling menerima kondisi apa adanya dan
tanpa paksaan. Sebaliknya, menurut Cahyadi Takariawan, penulis buku masalah
pernikahan dan keluarga mengungkapkan bahwa tanpa motivasi suci, rumah tangga
akan mengalami disorientasi, menyimpang dari tujuan utama berumah tangga. “Saya
ingin mengajak Anda memahami bahwa motivasi suci akan mencerahkan kehidupan
rumah tangga Anda,” ungkapnya.
Lebih jauh, memang dalam hidup ini
keberadaan sebuah niat tidak boleh diremehkan. Begitu pun dalam membangun
ikatan perkawinan, keberadaan keikhlasan niat ini menjadi sesuatu keharusan.
Pasalnya, dalam perjalanannya sebuah pernikahan itu dapat saja mengalami
disorientasi dalam rumah tangganya. Untuk itu, kita diharapkan punya niat yang
benar, mampu mempertahankan dan memilihara niat agung pernikahan tersebut sepanjang
aliran pernikahan. Dengan perilaku inilah, buah kecerahan kehidupan perkawinan
kita akan tetap terpelihara.
Jika dilihat dari segi bahasa,
ikhlas sendiri memiliki pengertian bersih dari segala noda dan menjadikan
sesuatu murni, tanpa noda sedikit pun. Artinya seseorang dapat dikatakan ikhlas
adalah bila mereka menjadikan segala aktivitasnya karena Allah. Dalam riwayat
Muttafaq’alaih diungkapkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sahnya
segala amal itu dengan niat, dan bagi setiap orang itu tergantung menurut apa
yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, hijrahnya
itu pun sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah
karena menginginkan dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka
hijrahnya itu pun memperoleh (imbalan) menurut apa yang ditujunya.
Sungguh luar biasa, bila setiap pasangan pernikahan
itu mampu memelihara perilaku niat suci pernikahannya karena bangunan rumah
tangga akan menjadi kokoh. Adapun salah satu cara yang bisa kita lakukan ketika
menghadapi masalah dalam perkawinan yaitu dengan mencoba selalu mengingat-ingat
masa-masa awal ikrar niat suci perkawinan yang membahagiakan itu. Sebab dengan
mengingat keikhlasan niat perkawinan tersebut, sesungguhnya ia menjadi titik
awal motivasi dan merupakan misi kehidupan kita yang harus terus berusaha
diwujudkan.
Untuk itu, tidak ada salahnya agar
bangunan tatali asih dalam rumah tangga kita makin kokoh, setiap pasangan
perkawinan memaknai ulang aplikasi ikhlas tersebut dalam rumah tangga. Kita hendaknya
tidak melihat ikhlas semata-mata dari aspek perilaku. Sebab, ikhlas itu
memiliki pemaknaan yang sangat dalam karena menyangkut motivasi dasar dan hal
tersebut hanya terdapat dalam lubuk kejiwaan seseorang. Dalam kaitan dengan
rumah tangga, maka hendaknya suami dan istri bertemu dalam ikatan pernikahan
karena Allah. Mereka hidup bersama dalam rumah tangga, bermusyawarah, saling
cinta, mendidik anak-anak, benci, rindu, sayang, bergaul, berkomunikasi, dan
bercanda itu semata-mata karena Allah.
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com
Pusat Pustaka Ilmu, Inspirasi dan Motivasi Menjadi Orang Sukses
Jl. Raya Pangandaran Km. 3 Kec. Pangandaran - Ciamis Jawa Barat 46396
http://www.ardadinata.web.id