Sebagai contoh, kita ambil kasus
perselisihan antara Abu Dzar dengan Bilal yang sedang memperdebatkan suatu
permasalahan di hadapan Rasulullah saw. karena marahnya sampai-sampai Abu Dzar
berkata kepada Bilal: “Hai anak si kulit hitam!”. Seketika itu Nabi
Muhammad saw menegurnya. “Hentikan segera …. Hentikan segera … Sungguh tidak
ada kelebihan satu dengan yang lainnya kecuali dengan amal saleh.” Abu Dzar
baru sadar setelah melihat dan mendengar marahnya Nabi Muhammad saw, lalu ia
menyesali perbuatannya, dan meletakkan pipinya di atas tanah seraya berkata
kepada Bilal bin Rabah: “Bangunlah …. Tamparlah pipiku ini.”
Di sini, tentunya dalam upaya mewujudkan persamaan hak sesama manusia, maka kita dintuntut untuk mampu membangun keadilan terhadap diri sendiri dan orang lain. Artinya kita harus menempatkan perbedaan yang ada itu sebagai suatu jalan amal ibadah untuk membangun kebersamaan dalam perbedaan dan diantara kita hendaknya tidak terlalu menonjolkan diri atau kelompoknya. Sebagai contoh bagaimana harmonisnya anggota tubuh kita. Ada jantung, mata, telinga, hidung. mulut, tangan, kaki, dll. yang masing-masing tidak pernah iri terhadap yang lainnya. Tapi ia saling mendukung satu sama lain sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tidakkah kita mau belajar dari anggota tubuh kita ini?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com