Biasa ala orang yang diberi kelebihan fisik, maka
perilaku yang ditonjolkan tidak harus berupa fisik semata-mata. Tapi,
justru ia lebih mengutamakan aspek kepribadian dan intelektualitasnya
dalam menjalankan hidup mengharap ridha-Nya itu.
Biasa Ala Orang yang Diberi Kelebihan Fisik
Oleh Arda Dinata
Fisik diartikan jasmani, badan. Kelebihan fisik berarti mempunyai keunggulan (kepandaian, dsb yang melebihi orang lain) dalam anggota jasmani/ badannya. Jadi, orang yang diberi kelebihan fisik itu adalah mereka yang memiliki kelebihan dari orang lain dan bukan berarti ia tidak memiliki kekurangan pada dirinya.
Setiap manusia, siapa pun dia pasti memiliki kekurangan. Ada yang kekurangannya berupa fisik (wajah, tubuh, dll), ada juga kekurangannya terdapat pada kepribadiannya (misalnya sombong, minder, curigaan terus, tidak bertanggung jawab, dsb). Dalam suatu sumber disebutkan bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini terkecuali Rasulullah yang mendekati kesempurnaan sebagai mahluk (manusia paripurna).
Di sini, perlu ada kesadaran yang tidak boleh dilupakan bahwa di balik kelemahan itu pasti ada juga kelebihannya. Begitu pun sebaliknya. Dan pada koridor inilah, predikat biasa ala orang yang diberi kelebihan fisik (oleh Allah SWT) itu menjalani hidupnya.
Aktualisasi orang semacam itu, bukanlah ia menunjukkan kesombongan terhadap kelebihan fisiknya. Tapi, lebih dari itu, justru ia berperilaku sangat bijaksana. Yaitu setiap kekurangan dirinya segera diperbaiki –selagi itu masih memungkinkan--, karena hal ini penting untuk mengembangkan diri seseorang. Tetapi bila tidak bisa diperbaiki (baca: cacat fisik, dll), ya tidak ada jalan lain selain berusaha menerima kekurangan itu dan mengkompensasikannya dengan memaksimalkan atau menonjolkan kelebihan yang ada pada diri kita, sehingga orang lain tidak lagi memandang ke arah cacatnya, tapi lebih kepada kelebihan yang kita miliki. Dan ingat, hal ini bukan berarti sombong. Karena sombong itu bila kita merasa tidak memiliki kekurangan.
Lebih dari itu, biasa ala orang yang diberi kelebihan fisik, maka perilaku yang ditonjolkan tidak harus berupa fisik semata-mata. Tapi, justru ia lebih mengutamakan aspek kepribadian dan intelektualitasnya dalam menjalankan hidup mengharap ridha-Nya itu.
Jadi, bentuk fisik manusia bukanlah sesuatu yang mutlak menentukan kualitas ketakwaan seseorang di hadapan-Nya, karena fisik itu hanyalah sarana dalam berkhidmat pada Sang Pemilik fisik itu sendiri, yaitu Allah Azza wa Jalla. Dan bukankah, pada hakekatnya setiap manusia itu lebih sempurna dari mahluk lainnya? (baca: QS. 17: 70).
Akhirnya, kita berdoa kepada Allah SWT agar selalu dijauhkan dan dilindungi dari setiap tipu muslihat aksesoris dunia (seperti ilmu, harta, jabatan, gelar, kelebihan fisik, dll) yang dapat menyesatkan hidup kita di dunia, lebih-lebih ia dapat menjadi bahan pemberat timbangan keterpurukan hidup kita di akherat kelak. Aamiin.***
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com
Biasa Ala Orang yang Diberi Kelebihan Fisik
Oleh Arda Dinata
Fisik diartikan jasmani, badan. Kelebihan fisik berarti mempunyai keunggulan (kepandaian, dsb yang melebihi orang lain) dalam anggota jasmani/ badannya. Jadi, orang yang diberi kelebihan fisik itu adalah mereka yang memiliki kelebihan dari orang lain dan bukan berarti ia tidak memiliki kekurangan pada dirinya.
Setiap manusia, siapa pun dia pasti memiliki kekurangan. Ada yang kekurangannya berupa fisik (wajah, tubuh, dll), ada juga kekurangannya terdapat pada kepribadiannya (misalnya sombong, minder, curigaan terus, tidak bertanggung jawab, dsb). Dalam suatu sumber disebutkan bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini terkecuali Rasulullah yang mendekati kesempurnaan sebagai mahluk (manusia paripurna).
Di sini, perlu ada kesadaran yang tidak boleh dilupakan bahwa di balik kelemahan itu pasti ada juga kelebihannya. Begitu pun sebaliknya. Dan pada koridor inilah, predikat biasa ala orang yang diberi kelebihan fisik (oleh Allah SWT) itu menjalani hidupnya.
Aktualisasi orang semacam itu, bukanlah ia menunjukkan kesombongan terhadap kelebihan fisiknya. Tapi, lebih dari itu, justru ia berperilaku sangat bijaksana. Yaitu setiap kekurangan dirinya segera diperbaiki –selagi itu masih memungkinkan--, karena hal ini penting untuk mengembangkan diri seseorang. Tetapi bila tidak bisa diperbaiki (baca: cacat fisik, dll), ya tidak ada jalan lain selain berusaha menerima kekurangan itu dan mengkompensasikannya dengan memaksimalkan atau menonjolkan kelebihan yang ada pada diri kita, sehingga orang lain tidak lagi memandang ke arah cacatnya, tapi lebih kepada kelebihan yang kita miliki. Dan ingat, hal ini bukan berarti sombong. Karena sombong itu bila kita merasa tidak memiliki kekurangan.
Lebih dari itu, biasa ala orang yang diberi kelebihan fisik, maka perilaku yang ditonjolkan tidak harus berupa fisik semata-mata. Tapi, justru ia lebih mengutamakan aspek kepribadian dan intelektualitasnya dalam menjalankan hidup mengharap ridha-Nya itu.
Jadi, bentuk fisik manusia bukanlah sesuatu yang mutlak menentukan kualitas ketakwaan seseorang di hadapan-Nya, karena fisik itu hanyalah sarana dalam berkhidmat pada Sang Pemilik fisik itu sendiri, yaitu Allah Azza wa Jalla. Dan bukankah, pada hakekatnya setiap manusia itu lebih sempurna dari mahluk lainnya? (baca: QS. 17: 70).
Akhirnya, kita berdoa kepada Allah SWT agar selalu dijauhkan dan dilindungi dari setiap tipu muslihat aksesoris dunia (seperti ilmu, harta, jabatan, gelar, kelebihan fisik, dll) yang dapat menyesatkan hidup kita di dunia, lebih-lebih ia dapat menjadi bahan pemberat timbangan keterpurukan hidup kita di akherat kelak. Aamiin.***
Bagaimana menurut Anda?
Berikut ini, ada beberapa perilaku kehidupan ala orang biasa yang dapat menjadi tarbiyah bagi kita yang merindukan enaknya hidup ini.
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com