Sebaik-baik ilmu yang kita cari dan pelajari adalah ilmu yang dapat mendekatkan diri terhadap-Nya.Memulai Dalam Hal Keilmuan
Oleh ARDA DINATA
Ilmu adalah sesuatu yang berharga dalam hidup ini. Dengan ilmu, orang dapat “sukses hidup” di dunia dan akherat. Pokoknya, ilmu merupakan modal dasar yang mesti kita cari dan cari sampai ajal menjemputnya. Orang untuk mencapai predikat teladanan juga perlu ilmu. Allah sendiri berjanji akan meninggikan derajatnya bagi mereka yang beriman dan berilmu. Allah berfirman, “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11).
Seseorang untuk mendapatkan ilmu, tidak dengan cara berdiam diri dan menutup hati terhadap ilmu yang ada pada sekitar kita. Tapi, justru untuk mendapatkan ilmu itu, lebih banyak ditentukan dari ketekunan dan kesabaran kita. Banyak contoh yang membuktikan hal ini. Yang jelas, kunci pembuka ilmu tidak lain adalah membaca dan membaca, kemudian merenunginya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, Abu Darda’ benar-benar seseorang yang mengkuduskan ilmu dengan setinggi-tinggi kedudukan, disucikannya selaku ia seorang ’abid. Perhatikanlah ungkapannya tentang ilmu: “Orang tidak mungkin mencapai tingkat muttaqin, apabila tidak berilmu, apaguna ilmu, apabila tidak dibuktikan dalam perbuatan.” Ilmu bagi Abu Darda’ ialah pengertian dari hasil penelitian, jalan dalam mencapi tujuan, ma’rifat untuk membuka tabir hakikat, landasan dalam berbuat dan bertindak, daya fikir dalam mencari kebenaran dan motor kehidupan yang disinari iman, dalam melaksanakan amal bakti kepada Allah ar-Rahman.
Untuk itu, kita bisa belajar banyak pada para ulama dan tokoh-tokoh panutan Islam lainnya. Baik kehidupan kesehariannya atau lebih-lebih mengenai ilmu-ilmunya. Seperti Asy-Syafi’i rahimahullah, seorang yang ahli ibadah dan membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk ilmu, sepertiga untuk shalat, dan sepertiga untuk tidur. Jadi, betapa pentingnya ilmu dalam hidup Asy-Syafi’i.
Kalau kita lihat dari segi akal, nampak jelas bahwa ilmu itu sesuatu yang utama, karena dengan ilmu manusia sampai kepada Allah dan menjadi dekat dengan-Nya. Dan sebaik-baik ilmu yang kita cari dan pelajari adalah ilmu yang dapat mendekatkan diri terhadap-Nya.
Pribadi seperti itu, akan memperoleh kebahagiaan abadi dan kenikmatan yang kekal. Ilmu (agama Islam) itu mengantar kemuliaan seseorang di dunia dan di akherat. Dunia ini adalah tanaman akherat yang perlu benar-benar kita gali, bina dan pelihara. Maka, para orang alim itu dengan ilmunya menanam bagi dirinya kebahagiaan abadi dengan mendidik akhlaknya sesuai dengan tuntutan ilmu.
Apakah saudara tidak ingin amal yang diperbuat di dunia ini, amalnya tidak pernah putus, walaupun kita telah tiada? Seperti hadits berikut: “Jika manusia telah meninggal dunia maka putuslah amalnya, kecuali tiga macam: sedekah jariah (yang tahan lama); ilmu yang bermanfaat; dan anak shaleh (berakhlak baik) yang mendo’akan kedua orang tuanya.” (HR. Muslim). Inilah manfaat memulai dari diri sendiri dalam hal mencari ilmu.
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com
Ilmu adalah sesuatu yang berharga dalam hidup ini. Dengan ilmu, orang dapat “sukses hidup” di dunia dan akherat. Pokoknya, ilmu merupakan modal dasar yang mesti kita cari dan cari sampai ajal menjemputnya. Orang untuk mencapai predikat teladanan juga perlu ilmu. Allah sendiri berjanji akan meninggikan derajatnya bagi mereka yang beriman dan berilmu. Allah berfirman, “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11).
Seseorang untuk mendapatkan ilmu, tidak dengan cara berdiam diri dan menutup hati terhadap ilmu yang ada pada sekitar kita. Tapi, justru untuk mendapatkan ilmu itu, lebih banyak ditentukan dari ketekunan dan kesabaran kita. Banyak contoh yang membuktikan hal ini. Yang jelas, kunci pembuka ilmu tidak lain adalah membaca dan membaca, kemudian merenunginya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, Abu Darda’ benar-benar seseorang yang mengkuduskan ilmu dengan setinggi-tinggi kedudukan, disucikannya selaku ia seorang ’abid. Perhatikanlah ungkapannya tentang ilmu: “Orang tidak mungkin mencapai tingkat muttaqin, apabila tidak berilmu, apaguna ilmu, apabila tidak dibuktikan dalam perbuatan.” Ilmu bagi Abu Darda’ ialah pengertian dari hasil penelitian, jalan dalam mencapi tujuan, ma’rifat untuk membuka tabir hakikat, landasan dalam berbuat dan bertindak, daya fikir dalam mencari kebenaran dan motor kehidupan yang disinari iman, dalam melaksanakan amal bakti kepada Allah ar-Rahman.
Untuk itu, kita bisa belajar banyak pada para ulama dan tokoh-tokoh panutan Islam lainnya. Baik kehidupan kesehariannya atau lebih-lebih mengenai ilmu-ilmunya. Seperti Asy-Syafi’i rahimahullah, seorang yang ahli ibadah dan membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk ilmu, sepertiga untuk shalat, dan sepertiga untuk tidur. Jadi, betapa pentingnya ilmu dalam hidup Asy-Syafi’i.
Kalau kita lihat dari segi akal, nampak jelas bahwa ilmu itu sesuatu yang utama, karena dengan ilmu manusia sampai kepada Allah dan menjadi dekat dengan-Nya. Dan sebaik-baik ilmu yang kita cari dan pelajari adalah ilmu yang dapat mendekatkan diri terhadap-Nya.
Pribadi seperti itu, akan memperoleh kebahagiaan abadi dan kenikmatan yang kekal. Ilmu (agama Islam) itu mengantar kemuliaan seseorang di dunia dan di akherat. Dunia ini adalah tanaman akherat yang perlu benar-benar kita gali, bina dan pelihara. Maka, para orang alim itu dengan ilmunya menanam bagi dirinya kebahagiaan abadi dengan mendidik akhlaknya sesuai dengan tuntutan ilmu.
Apakah saudara tidak ingin amal yang diperbuat di dunia ini, amalnya tidak pernah putus, walaupun kita telah tiada? Seperti hadits berikut: “Jika manusia telah meninggal dunia maka putuslah amalnya, kecuali tiga macam: sedekah jariah (yang tahan lama); ilmu yang bermanfaat; dan anak shaleh (berakhlak baik) yang mendo’akan kedua orang tuanya.” (HR. Muslim). Inilah manfaat memulai dari diri sendiri dalam hal mencari ilmu.
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com
Pusat Pustaka Ilmu, Inspirasi dan Motivasi Menjadi Orang Sukses
Jl. Raya Pangandaran Km. 3 Kec. Pangandaran - Ciamis Jawa Barat 46396
http://www.ardadinata.web.id