"Pekerjaan manusia meliputi aspek rasio dan fisik. Jika manusia tidak bekerja maka berarti ia hidup tanpa memenuhi tugasnya." [Muhammad Utsman Najati]
Oleh: Arda Dinata
Akhirnya, masihkah kita akan mengabaikan potensi
pikir, kerja, dan produktifitas dalam hidup, yang telah Allah anugerahkan
kepada setiap diri manusia ini? Yang pasti, Allah akan menjujung tinggi manusia
yang berpikir dan merendahkan orang yang tidak menggunakan pikirnya pada
tingkatan di bawah hewan. Allah berfirman, “Sesungguhnya binatang (makhluk)
yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli
yang tidak mengerti apa pun.” (QS. Al-Anfal: 22). Wallahu’alam.***
Bagaimana menurut Anda?
DALAM
bekerja, kita dianjurkan untuk mengembangkan “sayap kerjasama” dengan setiap
makhluk Allah, termasuk dengan alam sekalipun. Kerjasama dan solidaritas adalah
naluri dasar yang selalu dimiliki makhluk Allah. Oleh karena itu, tidak ada
makhluk satu pun yang dapat hidup menyendiri, sekalipun dalam koloninya
sendiri.
Dalam kehidupan alam semesta, kita
diajarkan agar melakukan kerjasama yang solid. Kehidupan semut, misalnya,
selalu kerjasama dengan baik dalam menjalani hidup dan menghadapi bahaya.
Bahkan setiap semut merupakan bagian dari suatu proses pemecahan masalah di
antara mereka sendiri.
Waktu mencari makan, semut secara
bersama-sama menyapu setiap makanan yang mereka temukan. Semua bisa berjalan
dengan kecepatan sampai 20 km/jam dan dapat membunuh mangsanya sampai 20 ribu
kali setiap hari. Ketika mereka kembali ke sarang, setiap semut pasti mengusung
makanan untuk temannya (baca: semut perawat), yang bertugas khusus merawat
jentik-jentik telur semut di sarangnya.
Semut merah, bahkan tak hanya
bekerjasama dengan koloninya. Mereka selalu kerjasama dengan ulat bulu. Menurut
Profesor Edward Wilson, semut-semut merah itu memanfaatkan liur ulat untuk lem
bagi sarangnya. Selain itu, si ulat bulu juga mengeluarkan suara seperti musik
yang sangat disukai para semut merah. Sebagai balasannya, semut merah akan
memberi makan dengan jentik-jentik telurnya setiap hari, hingga ulat keluar dan
tumbuh menjadi kepompong. Sungguh hal ini merupakan bukti kalau alam itu
mengajarkan kepada kita tentang sebuah kerjasama yang sangat solid.
Jadi, masihkah kita akan menebar rasa
permusuhan, saling curiga, dan perpecahan sesama anak bangsa dalam membangun
sebuah tatanan produktifitas bangsa yang sedang tepuruk saat ini?
* *
MELALUI
akal, manusia dapat berpikir. Dengan pikirnya itulah, seharusnya manusia mampu
menciptakan semangat kerja. Sehingga tak berlebihan bila Muhammad Utsman Najati
mengungkapkan, pekerjaan manusia meliputi aspek rasio dan fisik. Jika manusia
tidak bekerja maka berarti ia hidup tanpa memenuhi tugasnya.
Keberadaan rasio itu sendiri, sudah
seharusnya dimaksimalkan untuk berpikir. Melalui pemikiran itu, manusia akan
membuat garis lurus dalam kehidupan yang berfungsi sebagai benteng terhadap
godaan hawa nafsu. Abdul Hamid Mursi menyebutkan, hawa nafsu tidak dapat
mengalahkan pikiran kecuali jika manusianya banyak bersantai.
Bekerja merupakan tugas dalam hidup
manusia, karenanya manusia tidak boleh melakukannya dengan terpaksa. Lagian,
bukankah manusia akan merasakan kenikmatan bila mengerjakannya dengan penuh
kesadaran?
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com
Pusat Pustaka Ilmu, Inspirasi dan Motivasi Menjadi Orang Sukses
Jl. Raya Pangandaran Km. 3 Kec. Pangandaran - Ciamis Jawa Barat 46396
http://www.ardadinata.web.id